[ART newsroom] Abdul Rachman Thaha (36) salahsatu dari segelintir
putra daerah yang begitu optimistis turut berkarya di
tengah masyarakat. Ia melihat, betapa potensi daerah yang merupakan anugerah Allah
SWT ini sudah seharusnya dimanfaatkan demi kemaslahatan umat sebagai bentuk rasa
syukur. Seperti apa rasa syukur ini dituangkan? Mari simak petikan percakapannya.
Anda bersemangat
membangun daerah, kenapa?
Kita mengawal
pemerintah yang punya niat baik untuk kemaslahatan umat. Revolusi mental yang seperti apa, ini yang harus dijabarkan..Revolusi
dari segi apa saja? Yang harus diperbaiki
lebih dulu, menurut saya, adalah pemerintah yang harus memberikan teladan. Misal, persoalan
korupsi, narkoba, kalau pemimpinnya korupsi, pasti generasi ke depan melihat; dulu
saja yang korupsi tidak apa-apa, kita korupsi juga. Tapi kalau diawali
dengan pimpinan yang memberikan contoh teladan kepada masyarakat, saya yakin. Insya Allah.
Itulah fenomena yang ada. Bahaya laten, salahsatunya, korupsi. Saya terpanggil
untuk mengambil sikap dan melihat ini harus dilawan, dalam tanda kutip. Kita harus punya goodwill
seratus persen.
Jadi, pemerintahan
akan berjalan dengan baik ketika goodwill pemimpin memang betul-betul seratuspersen.
Begitu banyak untuk disebutkan daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi
untuk dikembangkan. Ini adalah anugerah tiada tara. Di daerah-daerah, yang begitu
berpotensi untuk maju ini, ketika penguasanya benar-benar menggunakan potensi
yang ada. Yang tadinya masyarakat tidak bisa bekerja, kita buka lapangan
pekerjaan. Sehingga mereka tidak menjadikannya suatu ajang perebutan kekuasaan untuk
kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.
Seorang pemimpin, di
level apapun, seyogyanya berinteraksi dengan masyarakat, mendengarkan apa saja
yang dibutuhkan. Kita berupaya semaksimal mungkin. apapun yang sekiranya dapat membantu
masyarakat. Misal, saya berusaha ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial,. memberikan
modal usaha, menyediakan mobil ambulans gratis.
Ketika Anda terjun dan
menyimak, apa sih sebenarnya yang mereka butuhkan?
Sederhana saja. Ketika
kita terjun ke masyarakat, hal pertama yang mereka butuhkan adalah sebuah
komunikasi tanpa jarak dengan pemimpinnnya. Penyampaian aspirasi akan lebih terdengar
jelas, sehingga tidak terjadi ketersumbatan komunikasi antara pemimpin dan masyarakat
akar rumput. Yang seharusnya ruang ini jangan ada batasan.
Di sinilah, sekadar
menyebutkan salasatunya, peran DPRD sebagai repersentatif masyarakat daerahnya dintuntut mengakomodir
aspirasi-aspirasi tersebut. Kembali lagi, kuncinya di goodwill seratuspersen memperjuangkan aspirasi. Itu harus hadir di
sanubari para pemimpin ini. Jadi rakyat tidak dijadikan alat semata. Maka, masa reses seharusnya diadikan momentum berharga
dalam rangka merangkum semua aspirasi ini sebagai suatu bekal, bersama walikota,bupati
dan gubernur untuk meniindaklanjuti ke tahap implementasi program yang disinergikan
dengan program pemerintah pusat.
Misal, ketika anggaran
pusat yang turun selalu diriingi persoalan penempatannya. Kalau dari Pusat jelas
tidak bisa diganggugugat. Sekarang bagaimana APBD dioptimalkan, disinergikan,
dari keinginan pemerintah daerah dan legislatif. Itulah tujuan adanya reses. Di
sinilah sebuah kolaborasi, ketika ini berjalan dan dimanajemen dengan baik, saya
yakin pemerintah yang baik pun akan tercipta.
Lebih lanjut, contoh kolaborasi seperti apa yang terjalin
?
Pola kolaborasi, misal,
pemimpin daerah mengundang jajaran legislatif bukan personal tapi semua untuk
menyimak penyampaian hasil dari kegiatan reses. Dari situ akan diketahui keinginan-keinginan masyarakat bawah, sehingga pemerintah, dalam hal ini
pemerintah kota, kabupaten, dan provinsi mengetahui keinginan masyarakat . karena
tidak semua pemimpin bisa menjangkau.. Di sinilah fungsi DPRD sebagai
representatif masyarakat, mereka membawa aspirasi dan mengetahui apa keinginan
itu. Jadi langkah utama adalah komunikasi yang perlu dibangun antara lembaga
eksekutif dan legislatif.
Sama dulu, adanya
GBHN, Repelita, itu hasil godokan dengan legsilatif juga. Ia tertuang dalam sebuah
keputusanyang punya jangka waktu. Memetakan Repelita pertama begini, ia terbentang dan terlihat. Inilah kolaborasi antara
eksekutif dan legislatifd yang ada di daerah untuk selanjutnya bersinergi
dengan program-program pemerintah pusat.
Sehingga tidak terjadi kepincangan komunikasi
antara legislatif dan eksekutif, antara Bupati, Walikota, dan DPRD berjalan
bersama