ART Dukung Sumber Energi Alternatif

Energi konvensional seperti minyak saja terus mengembangkan teknologi. Meski cadangan minyaknya diprediksi semakin tipis.” Dr. Abdul Rachman, SH MH Pengurus Litbang DPP PPP Sumber energi gas di Indonesia potensinya masih sangat besar. Namun, pemerintah belum optimal mengelolanya. Selain memaksimalkan potensi gas, pemerintah juga harus terus menerus menggali potensi sumber energi alternatif lainnya.




SUMBER energi yang berasal dari kekayaan alam di bumi Indonesia memang melimpah ruah. Semua itu sangat menjanjikan bagi kehidupan masyarakat hingga beratus-ratus generasi mendat ang. Hampir semua jenis sumber energi itu bisa di manfaatkan. Mulai dari sumber energi berbasis fosil hingga energi berbasis non fosil. Hanya pengelolaannya yang tidak optimal. Pengurus Litbang DPP PPP, Abdul Rachman Thaha mengatakan, program pemanfaatan energi konvensional yang telah ada perlu ditingkatkan pada efisiensi penggunaan.

Menurutnya, pemerintah harus mem pertim bangkan pemanfaatan tekno logi yang murah, ramah ling kungan dan irit konsumsi bahan bakar. “Pengembangan energi gas juga perlu didorong percepatannya. Selama ini sangat lambat ekplorasi penggunaan gas pada transportasi,” paparnya. Menurutnya, yang saat ini terlihat kasat mata adalah ketidakseriusan pemerintah dalam mengelola sumber energi gas bumi.

Menurutnya, sumber energi gas yang melimpah jika dikelola dengan baik akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. ”Pemanfaatan energi gas harus didorong, pemerintah belum serius menggarap sektor ini,” kata pria kelahiran Palu, 17 September 1979 ini. Politisi muda ini menjelaskan, langkah cepat pengoptimalan energi gas harus diawali dari pemerintah. Dengan secara nyata menggunakan gas sebagai bahan bakar untuk transportasi masal, untuk rumah tangga, dan bahkan industri.

Selain itu, juga harus dipercepat pembangunan infrastruktur untuk mendukung kebijakan pemanfaatn energi gas ter sebut. Tetapi di sisi lain, sambung dia, pemerintah juga harus serius mempersiapkan lokasi pengisian bahan bakar gas di berbagai tempat. Dengan upaya ini mas yarakat bakal semakin mudah belajar menggunakan gas sebagai bahan bakar untuk sektor transportasi. “Saya pikir du nia industri perlu juga di dorong. Memang sudah banyak in dus tri yang beralih pada gas.


Tetapi kan belum bersifat massif,” papar nya. Potensi tambang gas di banyak daerah, menurutnya, bisa menjadi mesin percepatan pembangunan di daerah. Pemerintah pusat harus merespon kebutuhan pemerintah d a e r a h d a l a m mengembangkan energi gasnya. Dengan demikian, dia merasa kebutuhan energi fosil perlahan bakal berkurang konsumsinya. Itu berarti menekan subsidi bahan bakar fosil yang masih saja menjadi andalan masyarakat maupun pemerintah.

Di bagian lain, menurutnya, penge lolaan energi bagi kepentingan masyarakat harus mulai diubah polanya. Tidak lagi melulu me ngandalkan energi konvesional yang sudah ada, seperti minyak, batu bara dan gas. Pemerintah, lanjut dia sepatutnya tak berhenti pada kegiatan ekplorasi energi baru. Dengan berbasiskan potensi nasional yang dimiliki. Sehing ga dapat menghasilkan energi yang sesuai kebutuhan. “Energi konven sional seperti minyak saja terus mengembangkan teknologi.

Meski cadangan minyaknya diprediksi sema kin tipis,” papar aktivis ICMI Sulbar ini. Cendikiawan muda asal Sulawesi Tengah ini menilai pengembangan ener gi alternatif yang berbasiskan potensi alam lain harus mulai di laku kan. Karena teknologi pengelolaan ener gi tak bisa berjalan secara tibatiba. Dia memberi contoh, proses penam bangan minyak. Proses pe ngebo ran dan eksploitasinya tidak bisa secara mendadak mengalami lompa tan teknologinya.

Harus berjalan sesuai kondisi dan persoalan. Seka ligus seiring tingkat pengetahuan manusia. “Namun pada prinsipnya proses itu berjalan. Tidak diam. Tidak stagnan. Ini yang harus dipelajari dari fak ta dalam pengelolaan energi berbahan minyak,” ujar calon legislatif untuk DPR RI daerah pemilihan Sulawesi Tengah. Begitu pula, sambung dia, pengembangan energi terbarukan yang banyak dimiliki bumi nusantara.

Perlu proses yang berjalan secara berkelanjutan. Itu harus dimulai secepat mungkin. Menurut nya energi gas yang dimiliki Indonsia memang harus terus dikembangkan penggunaannya. Sekaligus ekplorasi gas juga diting katnya. Agar secara perlahan dapat melepas ketergantungan pada energi minyak. “Tetapi, itu tak menghentikan terobosan mencari energi lain yang tersedia.

Tidak boleh berhenti pada satu tahap energi saja, perlu mencari lagi yang lain,” paparnya. Mantan tokoh pergerakan ini menu turkan, energi alternatif yang bisa di kembangan Indonesia yakni energi berbasis laut. Energi tersebut sangat melimpah kekayaannya. Belum terkelola secara baik dan optimal. Bahkan, menurut dia pengembangan energi berbasiskan laut pun masih minim dilakukan. Lebih banyak pada tingkatan penelitian dan riset.

Tidak diterapkan dalam kehidupan seharihari. “Jika hanya berbekal riset tapi tidak mencoba pada tingkat praktis, tentu menjadi lambat perkembangannya,” tutur politisi muda yang cerdas ini. Dia memastikan luas wilayah Indo nesia didominasi perairan laut. Dengan berbagai karakter lautnya. Sekaligus potensinya yang berbedabeda. Menurutnya kekayaan itulah yang sebaiknya mulai dilirik. Dikelola dan dikembangkan. Menggunakan ber bagai fasilitasnya.

Sekaligus membe rikan dukungan penuh bagi risetri setnya. Energi terbarukan bisa di kem bangkan melalui energi gelombang laut dan energi panas air laut ( ocean ther mal energi ). Semua itu tersimpan dalam air laut yang dapat digunakna ba gi sumber energi listrik. “Pastina wilayah timur Indonesia sangat cocok teknologi ini. Jadi sudah saatnya meliriknya secara serius,” ujarnya.

Selain itu, Indonesia juga punya po tensi angin yang cukup besar, dengan menggunakan turbin angin potensi sumber kekayaan alam ini bias menghasilkan listrik. “Tentu energi itu bakal memakmuran Indonesia. Sekaligus ramah lingkungan,” jelasnya. Jika mengacu pada data kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar.

Potensi energi air untuk mikro dan minihidro sebesar 450 MW, Energi matahari 4,80 kWH/m2/hari, energy angin 3-6 m/s. Lalu cadangan bumi mencapai angka potensi mencapai 27 Gwe. Sayangnya, pengelolaannya masih belum optimal. Dari 27 Gwe potensi energi panas bumi, baru 3 persen atau 807 Gwe yang bisa dikonversikan jadi listrik. (rko)

sumber: www.indopos.co.id

0 komentar:

Posting Komentar